BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
merupakan aspek penting dalam kehidupan terutama bagi masyarakat Indonesia,
dalam hal ini tertuang dalam UUD ’45 dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Salah satu
wujud pendidikan secara formal dilakukan dalam bentuk pembelajaran yaitu dengan
berdirinya sekolah-sekolah sebagai lingkungan sosial pendidikan bagi anak didik
untuk mendapatkan pemelajaran ilmu pengetahuan secara layak dalam meneruskan
kehidupan di generasi mendatang yang lebih baik.
Persepsi tentang pemahaman siswa
tentang biologi sebagai ilmu, diasumsikan sebagai ilmu hafalan dan tidak ada
manfaatnya dalam kehidupan keseharian. Anggapan yang timbul karena mereka
melihat biologi sebagai ilmu yang banyak mempergunakan bahasa latin sebagai
bahasa ilmiah. Juga akibat pengalaman belajar yang bersifat verbalistis dan
tidak pernah diajak belajar di luar kelas. Pengalaman belajar di sekolah
sebelumnya lebih bersifat tekstual dan lebih menekankan pada penyelesaiaan
soal-soal daripada pembelajaran secara praksis.
Model pembelajaran yang memisahkan
konsep dengan realitas kehidupan sehari-hari, semakin menjauhkan pemahaman
hubungan ilmu biologi dengan alam sekitar dan kehidupan siswa. Suatu kondisi
yang kemudian menimbulkan persepsi yang keliru , dan melepaskan relevansi ilmu
biologi dengan realitas kehidupan siswa. Suatu pembelajaran verbalistik yang
kurang memanfaatkan potensi lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang
paling dekat dengan diri anak. Suatu realitas yang tidak dapat diingkari bahwa
banyak siswa SMA yang tidak mengenal aneka jenis tanaman hias yang ada di
halaman sekolah (Raharja H, 2006).
Persoalan di atas merupakan persoalan
klise yang selalu muncul, karena orientasi pembelajaran yang dilakukan guru
tidak pernah mendekatkan siswa dengan lingkungan secara langsung. Suatu pola
pembelajaran yang didominasi guru tanpa mempertimbangkan latar belakang,
pengalaman, dan lingkungan sekitar siswa. Sehingga siswa hanya berfungsi
sebagai obyek, tanpa mampu mengembangkan diri, dan lingkungan sebagai sumber
belajar tidak dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk menyusun makalah dengan judul “Pembelajaran Ekosistem di Taman Sekolah
untuk Menanamkan Pemahaman Relevansi Biologi dengan Alam Sekitar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang
tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1
Bagaimana pembelajaran
ekosistem di taman sekolah ?
1.2.2
Bagaimana proses menanamkan
pemahaman relevansi Biologi dengan alam sekitar ?
1.2.3
Bagaimana pembelajaran
ekosistem di taman sekolah untuk menanamkan pemahaman relevansi Biologi dengan
alam sekitar ?
1.3 Tujuan
Dari rumusan tersebut didapatkan
tujuan pada penulisan ini sebagai berikut :
1.3.1
Mengetahui pembelajaran
ekosistem di taman sekolah ?
1.3.2
Mengetahui proses menanamkan
pemahaman relevansi Biologi dengan alam sekitar ?
1.3.3
Mengetahui pembelajaran
ekosistem di taman sekolah untuk menanamkan pemahaman relevansi Biologi dengan
alam sekitar ?
1.4 Ruang Lingkup
Guna pencapaian tujuan penulisan
makalah secara sederhana maka ruang lingkup permasalahan dibatasi pada
pembelajaran materi ekosistem pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas dan
relevansinya terhadap alam sekitar yaitu taman sekolah. Adapun indicator
ekternal pembelajaran diarahkan pada pembentukan kelompok sindikat siswa dalam
memecahkan masalah.
1.5 Kerangka Pikir
Pembelajaran Ekosistem merupakan
proses pembelajaran yang menjelaskan konsep kesatuan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Komponen biotik dan abiotik yang saling mempengaruhi. Objek
pembelajaran dilakukan terhadap lingkungan sekitar seperti Taman Sekolah,
adalah taman artifisial yang ditanam aneka tanaman hias dan pelindung untuk
mengindahkan dan menghijaukan lahan di pekarangan sekolah.
Pemahaman relevansi biologi dengan
alam sekitar, adalah hubungan antara alam ilmu biologi dengan alam sekitar
tempat tinggal atau kehidupan nyata sehari-hari, menekankan pentingnya peran
manusia dalam melestarikan lingkungan. Bentuk peran siswa pada pembelajaran
diorganisir dalam sebuah kelompok siswa atau kelompok sindikat adalah pembentukan
sindikat di antara siswa untuk memilih anggota kelompok dengan teman yang
paling disukai dan dianggap bisa untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah
atau mendiskusikan permasalahan.
Diagram 1.1 Kerangka Pikir
1.6 Manfaat
1.6.1
Aspek Teoritis
Mempraktikan pembelajaran kontekstual
dengan memanfaatkan lingkungan sekolah dan aneka metode pembelajaran yang
menyenangkan, dengan memperlakukan siswa sebagai subyek, yang mampu
mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
1.6.2
Aspek Empiris
Bagi guru dapat meningkatkan
kecakapan dalam menyusun perencanaan program pembelajaran sesuai dengan situasi
dan kondisi lingkungan serta latar belakang pengalaman siswa. Mendekatkan anak
dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap
lingkungan dan pada gilirannya dapat menumbuhkan kesadaran akan kebesaran dan
Maha Sempurnanya Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.